Bahas Tuntas Poin Tuntutan PAM, MPM Gelar Konsolidasi Ketiga
Sukma_Polinela; Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Politeknik Negeri Lampung (Polinela) kembali melanjutkan Konsolidasi Pekan Aspirasi Mahasiswa (PAM), Selasa (30/11/2021) di Wall Climbing Polinela. Kegiatan tersebut membahas poin-poin tuntutan baru, serta penambahan tuntutan, guna untuk mengkaji dan membedah permasalahan dari tuntutan yang telah disampaikan pada konsolidasi sebelumnya. Konsolidasi ketiga ini dihadiri oleh perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Gubernur Himpunan Jurusan Mahasiswa (HMJ), dan beberapa perwakilan mahasiswa setiap Program Studi (Prodi).
Menurut Miftahul Lutfii selaku Komisi IV (Empat) MPM Polinela, konsolidasi yang ketiga ini untuk membahas poin-poin tuntutan yang sudah ditampung dari konsolidasi PAM sebelumnya. “Konsolidasi hari ini merupakan konsolidasi lanjutan, dimana pada konsolidasi sebelumnya itu forum dibuka untuk menampung aspirasi setiap jurusan, maka hari ini forum dibuka untuk membahas poin-poin tuntutan yang sudah ditampung dari konsolidasi PAM sebelumnya,” ujarnya.
Komisi IV (Empat) MPM Polinela juga menjelaskan lebih lanjut bahwasanya, yang dibahas dalam konsolidasi ini adalah tuntutan mengenai kebijakan akademik. “Dalam konsolidasi hari ini, kita membahas poin-poin tuntutan mengenai kebijakan akademik. Dimana konsolidasi hari ini, pokok pembahasan dikiblatkan pada kebijakan akademik tahun lalu,” tutur Lutfi.
Poin penting dalam kebijakan akademik yang dituntut mahasiswa Polinela, yaitu agar semua poin tuntutan dapat direalisasikan oleh pihak Direksi Polinela.
Pada konsolidasi ini para mahasiswa berkumpul untuk membentuk gambaran teknis untuk mendapatkan jawaban dari semua tuntutan yang nantinya akan disampaikan kepada pihak Direksi. Namun saat konsolidasi berlangsung, terdapat perubahan narasi diantaranya pada pembahasan poin satu (1), yang isinya adalah penyetaraan tarif praktik pengganti yang diubah menjadi gratis. Dalam konsolidasi juga dijelaskan bahwasanya untuk tarif pengganti ini akan dikaji lebih mendalam, mengingat banyak hal yang menyebabkan poin ini dijadikan sebagai tuntutan, diantaranya ketidakmerataan tarif praktik pengganti setiap prodi.
Lutfi juga menegaskan bahwa, hal ini dapat menyebabkan adanya kecemburuan antar prodi. “Hal ini dapat menyebabkan adanya kecemburuan antar prodi, jika tarif tidak sama rata. Oleh sebab, itu kita akan mengajukan tuntutan perihal ini,” tegas Lutfi.
Salah satu mahasiswa Prodi Produksi Tanaman Pangan (PTP), Randi Rais Abdullah menilai sarana PAM ini sangat efektif, karena dapat menjadi suatu wadah untuk meluapkan semua aspirasi dengan acuan sebagai wadah aspirasi dari seluruh mahasiswa. Akan tetapi sangat disayangkan, tuntutan PAM belum ada yang direalisasikan oleh pihak Direksi. “Untuk saya sendiri, didengar atau tidaknya aspirasi ini, Direksi yang menjadi permasalahannya, karena dari tahun ke tahun tuntutan PAM belum ada yang direalisasikan 100%,” tegas Randi.
Karena pembahasan poin-poin tuntutan belum terselesaikan hari ini, rencananya akan dilaksanakan konsolidasi lanjutan terkait pembahasan poin-poin penting tuntutan, yang diagendakan pada Jumat (03/12/2021). (*Novri)
Reporter :
Wayan Adi Rama
Shindy Aryati